Anak Muda Jenuh Pelayanan Digital ?
Merangkum nats KIS pasal 2, Ps. Andreas Nawawi [Thinking Generations] menyampaikan sambutan singkat sebagai pembuka yakni soal pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada masa kala itu dan terjadi juga pada masa kini. "Anak-anak muda perlu pegangan," tegasnya. Ia pun mengatakan hal ini sebab 50 % anak-anak muda meninggalkan gereja berdasarkan data dari salah satu lembaga riset Kristiani yang kredibel di tanah air.
Dirinya merindukan agar mujizat terjadi di mana-mana seperti di swalayan dan lain-lain lokasi. "Gereja-gereja sedang diguncangkan oleh Tuhan. Barang siapa bersandar kepada Tuhan akan diselamatkan. Ayo generasi [muda] bangkit. Apa yang Tuhan mau sampaikan di hatimu, sampaikan !. Pandemi [Covid-19] ini, ada rencana Tuhan supaya [orang percaya] berpegang kepada-Nya.
Ps. Samuel Anton [Voice of The Generation, Unlimited Fire Youth] menyampaikan pandangannya tentang "Tantangan Generasi Muda di Era Digital". Pertama, ia menilai bahwa ada kejenuhan anak-anak muda dalam pelayanan yang dilakukan via online. "Awal-awal grafik baik, namun sekarang ini di tayangan live instagram, youtube, Zoom, Google Meet," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mendapati 60-70 % peserta layanan online mematikan screen [kamera]. Bahkan, sembari mengutip hasil survey Barna Research ia prihatin dengan kondisi anak muda yang mengalami kejenuhan dengan pelayanan digital.
Solusi permasalahan di atas menurutnya adalah gereja memberikan respons dengan cara menggelar acara secara onsite [off line]. "Gereja masa depan berkomposisi hybrid church," ujarnya. Bila gereja masih menjalanan layanan rohani berbentuk online, maka gereja bisa fokus ke tayangan, mempersingkat durasi.
"Gereja adalah suatu komunitas yang terhubung dengan next gen akan lebih bertumbuh dari pada gereja yang mengumpulkan next gen. Kumpulan tanpa sertakan sentuhan secara pribadi akan menghasilkan kejenuhan," tegasnya.
Soal sentuhan pribadi ini, menurut nara sumber bisa dilakukan dengan cara salah satunya melalui WA. Namun, meskipun pelayanan dilakukan secara online, layanan ini tetap bisa menghubungkan [gereja] dengan next gen.
Selain hal-hal di atas, gereja perlu menciptakan tempat yang aman. Nara sumber mengutip pandangan David Kinnaman bahwa gereja sangat penting untuk hadir menawarkan solusi yang berarti di era anxiety saat ini. "Jadilah gereja yang [memberikan] perhatian dan terhubung secara emosional dengan next gen," katanya.
Pada akhir pemaparannya, Ps. Samuel Anton menegaskan gereja perlu memuridkan next gen supaya mereka tidak kehilangan iman. Ia menilai saat ini next gen dibanjiri dengan media sosial yang beragam dan banyak jumlahnya.
Mengutip hasil riset institusi Kristiani terkemuka, nara sumber menyampaikan data - data yang mencengangkan yaitu : 1. 1 dari 3 anak muda berpandangan semua agama menyembah Tuhan yang sama. 2. 1 dari 3 anak muda percaya bahwa melalui perbuatan baik, seseorang bisa selamat. 3. 1 dari 4 anak muda mendukung pernikahan beda iman.
Nara sumber kedua adalah Ps. Owen Sandjoto [The Discipleship Opportunity, GBI Gilgal]. Materi diatas disajikan para nara sumber via online pada acara yang bertajuk Church In The New Landscape Generation.