Berita Bethel
Penulis: Pram (03/08/2021)

Panduan Isoman, Apa Saja ?

Seiring dengan berjalannya waktu dan keganasan Covid-19, banyaknya korban jiwa dan pasien yang di rawat di rumah-sakit, namun ada kalanya tak semua bisa dirawat di rumah-sakit karena keterbatasan kapasitas. Maka, salah satu alternatif yang bisa dilakukan oleh pasien atau keluarga pasien yang terdampak adalah isolasi mandiri [isoman]. 

Redaksi menurunkan artikel Panduan Isolasi Mandiri yang di atas disampaikan oleh Dr Grendi Faneri yonarko M.Kes SpPD, KGEH, FINASIM pada webinar PDGBI [Persatuan Dokter Gereja Bethel Indonesia] via online.

Apakah gejala Covid-19 ?. Gejala ini terdiri dari beberapa fase. Masa inkubasi : 2-14 hari. Gejala klinis : 1. Berada/bepergian dari area transmisi lokal / riwayat kontak dalam waktu 14 hari. 2. Anosmia [hambar]. 3. Pilek. 4. Batuk kering. 5. Sesak nafas [nafas tidak nyaman]. 6. Demam. 7. Sakit perut [diare dan muntah]. 8. Gangguan jantung. 9. Rash dan dermatitis. 

Apa yang harus dilakukan bila ada gejala ?. 1. Hubungi layanan kesehatan. 2. Swab antigen. 3. Swab PCR. Selanjutnya, faktor-faktor penentu derajat beratnya kasus Covid-19 : 1. Tanpa gejala [OTG]. 2. Ringan. 3. Sedang. 4. Berat.5. Kritis.

Ringan : Radang [iritasi mata], kemerahan pada kulit [perubahan warna pada jari-jari kaki], frekuensi nafas 12-20 kali per menit, saturasi [oksigen >= 95 persen. Sedang : Gejala pada kategori gejala ringan yaitu terdiri dari nafas pendek, sesak nafas tanpa distress pernafasan, frekuensi nafas 12-30 kali per menit, saturasi >=94 persen. 

Berat - kritis : Gejala yang ada pada gejalas ringan  [sedang], frekuensi nafas >30 kali per menit. Saturasi < 95>

Bila terkonfirmasi, apakah saya harus isolasi mandiri [isoman] ?. Isolasi mandiri bisa dilakukan dengan catatan yaitu tanpa gejala, gejala ringan, bergejala tanpa sesak. Sebaliknya, seseorang tidak bisa melakukan isoman [musti ke rumah sakit] jika ada sesak nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 24 kaliper menit, gejala berat lainnya, segera ke RS. 

Isoman musti dilaksanakan penderita Covid-19 sebab bertujuan untuk memutuskan mata rantai penularan Covid-19. Bila seseorang tidak melakukan isoman maka ia terus beraktifitas dengan rekan kerja, teman, dan keluarga. Sebaliknya, jika ia melakukan isoman, maka ia tidak melakukan kontak dengan orang lain.

Hal-hal dan peralatan yang perlu disiapkan sebelum melaksanakan isoman yaitu kamar terpisah dengan keluarga yang sehat : kamar mandi, kamar tidur. Sediakan thermometer, pulse oximeter untuk memantau suhu, saturasi oksigen, frekuensi nadi. Alat makan dan minum, jalankan prokes yang ketat,relaksasi dan doa.

Meskipun lakukan isoman, nara sumber menakankan agar seseorang selalu mengenakan masker, menjaga jarak, menerapkan etika ketika batuk. Selanjutnya, seseorang yang sedang menjalani isoman tetap terjaga komunikasinya, menghindari berita yang menakutkan, mengikuti ibadah [online], doa dan PPW, berkegiatan dengan gembira dan positif,konsumsi makanan bergizi.

Kegiatan harian lainnya yang bisa dilakukan seperti membuka jendela kamar, berjemur di bawah sinar matahari 10-15 menit, rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, olah-raga rutin 3-5 kali dalam satu minggu, makan makanan bergizi seimbang [3 kali sehari] dan terpisah dengan keluarga, desinfektan ruangan pada bagian-bagian yang sering disentuh.

Beberapa jenis obat untuk penderita Covid-19 terbagi menjadi beberapa kategori. Pertama,  kategori pasien OTG [Orang Tanpa Gejala] : 1. Gejala terdiri dari sesak nafas 12-20 per menit.2. Saturasi lebih dari atau sama dengan 94 persen. 3. Terapi : vitamin C, D dan Zinc. Durasi perawatan : 10 hari isolasi sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi dan tidak dirawat di RS. Namun isoman di rumah atau di fasilitas isoman Pemerintah.

Kedua, kategori pasien ringan : 1. Gejala terdiri dari demam, batuk kering ringan, kelelahan ringan, sakit kepala, hilang indera penciuman, pengecapan,malgia dan nyeri tulang, nyeri tenggorokan, pilek dan bersin, mual, muntah, nyeri perut, diare, konjungtivitas, kemerahan pada kulit, perubahan warna pada jari kaki, frekuensi nafas 12-20 kali per menit, saturasi lebih dari atau sama dengan 94 persen.

Terapi dengan cara mengkonsumsi obat oseltamivir, vavipivavir, azitromisin, vitamin C, D dan zinc. Untuk durasi perawatan yakni sepuluh hari isolasi sejak timbul gejala dan minimal 3 hari bebas gejala. Kondisi seperti ini tidak dirawat di RS namun di  fasilitas isolasi Pemerintah [isoman di rumah hganya bagi yang memenuhi syarat].

Infeksi sekunder bisa terjadi pada pasien Covid-19 berat sehingga kondisi ini dapat menimbulkan infeksi. Lebih lanjut, tenaga kesehatan dapat menyarankan pemberian antibiotik [anti jamur] dengan mengikuti instruksi yang ketat dan jangan melakukan pengobatan sendiri. Jangan melakukan pengobatan sendiri dengan antibiotik, steroid, obat-obat lain tanpa anjuran tenaga kesehatan. WHO tidak merekomendasikan hidroksiklorokuin, lopinavir, ritonafir. 

Tanda-tanda seseorang terkana Covid-19 meliputi tanda klinis [pneumonia, demam, batuk, sesak nafas cepat], saturasi oksigen kurang dari 94 persen, mengalami kebingungan [lingkung, turun kesadaran, demam tinggi], tidak bisa makan, muntah, diare, kurang cairan.

Tindakan yang musti dilakukan jika seseorang terdapat gejala di atas yaitu segera hubungi tenaga medis [telemedisin], infokan kondisi terkini secara lengkap, gunakan oksigen bila ada, bila sesak nafas lakukan proning, jangan panik, doa sebab Yesus Kristus menyertai kita.

Bila seseorang mempunyai penyakit penyerta [komorbid], maka pastikan terkontrol. Penyakit ini terdiri dari diabetes, jantung, hipertensi, asma, dan lain-lain. Selain itu, cek persediaan obat pasien.

Periode isolasi mandiri 10 + 3 : 1. Bagi orang yang tidak bergejala, 10 hari sejak pengambilan sampel [tes]. 2. Bagi orang yang bergejala, 10 hari sejak muncul gejala plus 3 hari setelah bebas gejala demam dan gangguan pernafasan.

10 + gejala hilang + 3 : Jika gejala lebih dari 10 hari, isolasi dilanjutkan hingga gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas gejala. Isolasi dapat dilakukan secara mandiri di rumah, fasilitas yang disiapkan Pemerintah. Bila usai melewati masa isolasi, pasien bisa kontak ke FKTP terdekat.

Gereja bisa memberikan kontribusi dengan cara membentuk tim medis, sharing dengan edukasi yang benar [silahkan kontak ke PDGBI], membentuk tim konseling, mendoakan mereka via online, menyalurkan sembako buat jemaat yang menjalani isoman. Nats Matius 20:20 [B] dan Mazmur 91 : 14-16.