Berita Bethel
Penulis: Pram (20/09/2022)

Mempertahankan Semangat Kebhinekaan

Ditengah kehidupan berbangsa dan negara saat ini dengan berbagai situasi dan kondisi yang berkembang berkaitan dengan Dasar Negara Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, Pdt. Gernaida Pakpahan [Seminari Bethel Jakarta/STTBI Jakarta] memiliki pandangan Kebhinekaan mempunyai arti keberagaman, multikultural, seperti saya bisa menerima anda dan orang-orang lain.Semua itu terhimpun dalam Kebhinnekaan.

Penerimaan ini menurutnya tanpa mempercakapkan pandangan orang tersebut, aliran politik, jender, asal muasal, suku, ras. Kevariasian ini terhimpun dalam satu bangsa, Indonesia.

Yulius Aris, M.Hum berpandangan bicara Bhinneka, berkaitan dengan beragamnya identitas. Mpu Tantular dalam Kitab Sutasoma [menuliskan] perihal kondisi masyarakat Hindhu dan Budha. Mpu Tantular mencoba merekatkan dua perbedaan.

Spirit ini diadopsi oleh para pendiri bangsa kita. Ada sumbangsih juga dari pemikiran anak-anak muda pada tahun 1928 buat bangsa Indonesia [Sumpah Pemuda].Menurutnya, saat ini kehidupan berbangsa dalam kondisi akut. Anak bangsa saling melontarkan identitas yang berbeda yakni punyaku paling bagus. 

Pendiri RI sadar Indonesia ini terdiri dari multi kultur, beragam. Mereka sepakat untuk memformat [keberagaman] sebagai satu bangsa dan negara. Ia pun prihatin dengan kondisi terkini di Indonesia yakni sesama anak bangsa saling lontarkan identitas yang berbeda, sembari mengatakan "punyaku" paling bagus.Ia mengajak untuk mencari titik temu antara multi kultur dengan Pancasila. Spirit Indonesia adalah Pancasila dan terkandung semangat Kebhinnekaan.

Pdt. Dr. Gernaida Pakpahan kuatir dan prihatin dengan pola pikir feodalistik dan cenderung untuk berkuasa dalam bentuk oligarki yang jauh dari demokrasi. Ia mencontohkan jika suatu kelompok memimpin maka mereka akan mengutamakan kelompoknya.

Kondisi ini menurutnya adalah kegagalan pemimpin untuk menghargai potensi yang ada. Sebab, belum tentu seseorang itu berada pada waktu dan tempat yang tepat.

Yusuf pada zaman Firaun di Mesir, tak membawa "gerbongnya" ketika berkuasa sebab ia menikah dengan warga non Israel. Ia bahkan membawa pembaharuan di bidang ekonomi serta pangan. Kondisi serupa terjadi pada zaman Daniel dan kawan-kawan di pembuangan. 

Keseharian kampus STTBI Jakarta menghadirkan Kebhinnekaan yang nyata. Ia menegaskan bahwa mahasiswa-mahasiswi berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan latar belakang budaya yang beragam. 

Nara sumber menekankan para mahasiswa baik yang tinggal di asrama dan non asrama haruslah merasa feel at home. Secara otomatis, kondisi ini menjadikan STTBI adalah laboratorium untuk mempraktekkan Kebhinnekaan karena nilai-nilai Pancasila ada di situ yakni keberagaman sebagai berkat dan anugerah-Nya.

Nara sumber berbicara pada acara Welcoming Maba Pasca Sarjana'22 dengan tema Merajut Kebersamaan Dalam Kebhinnekaan. Host : Samuel Rosen, STh dan Caesilia Destachris, S.Pd.