Berita Bethel
Penulis: Pram (06/12/2022)

Membangun Kembali Tembok Yerusalem dalam Keluarga

Peran seorang bapak [ayah] penting dalam kehidupan berkeluarga. Hal ini disampaikan Pdt. Antonius Sitompul, MTh, Departemen Pembinaan Keluarga BPP GBI.

"Jika seorang bapak tidak berperan, maka kondisi ini akan menimbulkan kerusakan dalam keluarga," tegasnya. Ia mengutip hasil laporan US Department of Justice yang salah satunya mencatat 85 persen anak-anak mengalami penyimpangan perilaku akibat kondisi itu.

Labih lanjut, nara sumber memaparkan seorang ayah merupakan kunci utama keluarga untuk menghasilkan gereja yang sehat. Ia prihatin dengan data Indonesia berada pada peringkat ke 3 dalam konteks krisis ayah. Data itu ia kutip dari Khofifah Indar Parawangsa ketika menjabat Mensos RI pada tahun 2017. 

Cara untuk membangkitkan para bapak di gereja lokal dibagikan nara sumber dengan mengutip dari nats Nehemia. Pdt. Antonius Sitompul menambahkan saat ini banyak ibu-ibu malahan lebih aktif di gereja dibandingkan para bapak.

Ia  mendasarkan pemaparannya pada nats Nehemia pasal 1 - pasal 4 dan didukung dengan beberapa nats lainnya baik PL mapun PB.Untuk melakukan hal itu, ia mengajak agar jemaat Tuhan membangun kembali kehidupan sehari-hari dalam keluarga seperti Nehemia. Caranya adalah seperti Nehemia mengajak para bapak bangsa Israel ketika membangun kembali tembok Jerusalem [Nehemia 1:3, Nehemia 1:5-6]. 

Hidup dalam integritas bersama Tuhan, libatkan orang lain supaya tidak mengalami celaan [Nehemia 2:17-19]. "Ajaklah para bapak untuk pergi ke gereja dan membangun keluarga, bangkit bersama-sama, bapak yang berperan dalam keluarga akan menghasilkan gereja yang sehat," ujarnya.

Ia pun memotivasi agar para bapak terus membangun [keluarga] meskipun banyak mengalami tantangan [Nehemia 4:4-6]. Hal itu menurutnya sama dengan kondisi Nehemia pada masa lalu. Gubernur Sanbalat menentang Nehemia ketika berupaya untuk membangun kembali tembok Yerusalem.

Nats Nehemia 4:14 Kuamati semuanya, lalu bangun berdiri dan berkata kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: "Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki dan anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu." Ia menjelaskan berperang itu juga memiliki makna berperan. 

Nara sumber mengatakan berperang [nats di atas] memiliki arti berperan, dengan beberapa pengertian yaitu memimpin keluarga untuk mengasihi Tuhan [Efesus 5:23, 27 dan Ulangan 6:4-7]. Mengasihi istri [Efesus 5:25]. Menyediakan kebutuhan keluarga [I Timotius 5:8].

Selain itu, berperan bermakna memberikan perlindungan kepada anak-anak yang meliputi fisik, emosi, dan rohani. Berkorban bagi keluarga. Mendidik anak-anak [Amsal 1:8]. Menasehati, menegur, menguatkan hati anak [I Tesalonika 2:11-12]. Mendisiplinkan anak.

Lebih lanjut, nara sumber menjelaskan kata berperan memiliki arti sadar akan adanya peperangan rohani menghadapi LGBT, pergaulan bebas, adiksi obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, games, pornografi, kesehatan mental. 

Menghadapi kondisi seperti diatas, nara sumber memberikan motivasi-motivasi dengan mengutip nats Nehemia 4:20 dan Nehemia 6:15. "Jerman mempromosikan LGBT di piala dunia sepak bola,"pungkasnya dengan nada prihatin.

Nehemia 4:20 Dan kalau kamu mendengar bunyi sangkakala di suatu tempat, berkumpullah ke sana mendapatkan kami. Allah kita akan berperang bagi kita!". Nehemia 6:15 Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima puluh dua hari. Nara sumber menyampaikan materi pada sesi PTHS secara daring [Rabu, 30/11]