Berita Bethel
Penulis: Pram (08/01/2023)

Berinteraksi dengan Tuhan

Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah (Kejadian 5:24). Kelebihan yang dimiliki manusia yang tidak  dimiliki oleh  mahluk lain adalah kemampuannya berinteraksi dengan Tuhan. Kalau menggunakan bahasa Alkitab disebut sebagai “bergaul dengan Tuhan” (Kej 5:24).

  

Kata bergaul disini dalam teks  bahasa aslinya adalah “halak”  dalam bahasa  Inggris versis King James diterjemahkan “to walk”. Kata  ini sebenarnya menunjuk kepada sebuah percakapan terus menerus.

Dalam terjemahan lama kalimat  ini diterjemahkan: Maka  Henokh itu hidup dengan Allah, maka tiadalah ia lagi,  karena diangkat Allah akan dia.

  

Dalam 365  tahun usia  Henokh ia melewati tahun-tahun yang indah bergaul dengan Tuhan ditengah kesibukannya berumah-tangga, mencari nafkah dan lain sebagainya seperti manusia lain.

Ini sebuah keistimewaan juga  sekaligus sebuah karunia dan tanggung jawab. Banyak manusia tidak mengenali hal ini dengan baik. Melalui kebenaran Firman Tuhan ini mata hati kita dibuka untuk mengenali kebenaran kehidupan ini.

 

Benda-benda mati dan benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan tidak memiiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan Tuhan sebab Tuhan tidak menaruh perangkat atau sarana untuk itu. Jadi kalau mereka tidak membangun hubungan dengan Tuhan tidak dapat dipersalahkan.

 

Mereka tidak bertanggung jawab untuk membangun  hubungan  dengan  Tuhan. Mereka boleh makan minum, hidup sesuka-suka  mereka sendiri, sesuai dengan  nafsu dan naluri yang ada  pada  mereka. Manusia tidaklah demikian.

Ia bisa hidup sesuka-sukanya sebab Tuhan memberi kebebasan,tetapi manusia yang bijaksana akan mengerti karunia, tanggung-jawab dan panggilannya sebagai manusia yang harus membangun interaksinya dengan Tuhan.

 

Paulus dalam tulisannya berkata: “Kalau hanya  berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku  telah  berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku?. Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita  mati” (1 Kor.15:32).

 

Kalau  kualitas manusia hanya seperti hewan maka marilah makan minum besok kita mati. Tetapi manusia bukanlah hewan, manusia tidak sama dengan hewan. Manusia memiliki kelanjutan hidup setelah dunia hari ini.

 

Kalimat “kalau hanya berdasarkan pertimbangan manusia” terjemahan dari “ei kata  antropon” diterjemahkan: jika berdasarkan kebiasan manusia. Manusia bisa hidup hanya makan minum, tetapi anak-anak Tuhan yang memiliki  panggilan agung untuk berjalan dengan Tuhan harus memiliki warna hidup yang berbeda.

Jadi kalau seseorang gagal berkeluarga, gagal studi, gagal berkarir, gagal dalam banyak bidang, maka itu belumlah kegagagalan yang sesungguhnya. Kegagalan yang sesungguhnya adalah kalau seseorang tidak mengembangkan kemampuannya berhubungan dengan Tuhan.

 

Sebaliknya jangan merasa diri berhasil karena berhasil studi, berumah-tangga, berkarir dan lain sebagainya. Keberhasilan hidup bukanlah ditentukan oleh  hal-hal tersebut. Tuhan berkata: Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?.Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Mat. 16:26).

Bodoh sekali kalau seseorang  merasa telah menikmati hubungannya dengan Tuhan hanya melalui mengikui kebaktian di gereja, dan merasa telah memenuhi tanggung-jawabnya untuk membangun hubungannya dengan Tuhan. Kedatangan kita ke gereja bukan hanya sekedar melakukan peraturan agama.

 

Melakukan peraturan agama tidak berarti sama sekali tanpa sebuah kehidupan yang berinteraksi dengan Tuhan setiap hari.  Gereja hanya bagian kecil dari kehidupan yang berinterakasi dengan Tuhan. Terutama adalah sikap hati kita terhadap Tuhan, hal ini diwujudkan dalam sikap hidup setiap saat.

Marilah kita mengisi hidup ini dengan mulai membangun hubungan yang mendalam dengan Tuhan, berjalan dengan  Tuhan atau berinteraksi dengan Tuhan. Untuk  ini dibutuhkan ketekunan yang tinggi, kesungguhan yang tinggi, lebih dari membangun karir, rumah tangga dan lain sebagainya. Kemanusiaan kita ditandai dengan interaksi kita kepada Tuhan. [Sumber : R.A.B / Pdm. hiruniko ruben, M.Th].