Berita Bethel
Penulis: Pram (30/06/2015)

Siapkah Pendidikan Kristen Hadapi MEA ?


Tantangan Pendidikan Kristen : Suatu refleksi dan perenungan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean. Tahun 2016 tepatnya mulai bulan Januari akan digulirkan pasar bebas Asean atau Asean Economic Community. Era itu adalah menandai bergulirnya “masa” pasar bebas bagi negara-negara ASEAN. Tujuannya ialah menguatkan stabilitas ekonomi di kawasan tersebut. Diharapkan MEA menjadi kekuatan ekonomi yang mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia ini.



Asean Economic Community (AEC) adalah sebuah badan perdagangan bebas yang sudah direncanakan sejak satu dekade yang lalu. Pada KTT Asean tahun 1997 sudah ada rencana untuk menggulirkan hal ini, namun dibutuhkan persiapan, kemudian diteruskan pada KTT 2003 dan KTT 2007. Pertemuan tersebut menghasilkan negara-negara ASEAN sepakat membentu Asean Economic Community. Tujuannya adalah meningkatkan kesatuan ekonomi, dan menjaga stabilitas ekonomi di kawasan Asean, melalui kerja-sama antar negara anggota.



Walaupun AEC lebih banyak bergulir dalam bidang ekonomi dan pasar bebas, namun hal ini akan berimbas kepada segala dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarat Ekonomi Asean yang lazim disebut dengan pasar bebas “ASEAN” secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi sistem dan kehidupan pendidikan Indonesia. Dalam hal pendidikan, maka kita akan melihat imbas dari hal tersebut akan muncul sekolah-sekolah yang berasal dari luar negeri dan menjadi saingan bagi pendidikan di dalam negeri.



Liberalisasi dalam pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan teologi, merupakan hal yang akan berdampak jauh dan memengaruhi kehidupan pendidikan. Mudahnya izin dan operasionalisasi penyelenggaraan pendidikan (institusi pendidikan) akan memberikan ruang gerak kompetisi terbuka bagi para pelaku pendidikan; belum lagi praktek-praktek pendidikan dengan “bisnis” pendidikan tidak akan terelakkan. Kompetisi yang luas dan terbuka ini akan membuat persaingan ketat antara sekolah luar negeri dengan sekolah dalam negeri. Institusi mana yang memiliki kualitas akan tetap menjadi tujuan yang dicari oleh para siswa, murid dan mahasiswa.



Era bergulirnya Masyarakat Ekonomi Asean, adalah sebuah masa yang akan memberikan peluang dan tantangan; peluang jika kita siap berkompetisi dengan baik, karena itu perlu kualitas kehidupan dan juga kompetensi yang memadai. Sebaliknya tantangan jika kita tidak siap menghadapi masa tersebut. Bagi pendidikan Kristen secara umum, termasuk juga bagi pendidikan teologi, maka era Masyarakat Ekonomi Asean akan berimbas pada tatanan dan pelaksanaan serta sistem pendidikan yang kita lakukan. Oleh karena itu diharapkan semua pelaku pendidikan, praktisi pendidikan serta pegiat pendidikan, secara khusus lembaga-lembaga pendidikan melakukan kesiapan dalam menyonsong era tersebut.



Bagaimana menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)? . Bagi Pendidikan Kristen hal-hal yang perlu kita lakukan sebagai antisipasi antara lain: Pertama,miliki informasi sebanyak mungkin tentang seluk-beluk Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Informasi yang kita miliki akan memberikan konsep dan pemahaman yang jelas, dengan demikian kita akan mampu menempatkan diri dengan baik. Dengan pemahaman yang memadai mengenai MEA, maka akan menolong kita mengerti dan memahami “hal apa saja” yang akan terjadi.



Kedua,sadar bahwa dunia kita makin global. Dengan mengerti dan memahami hal ini maka pendidikan Kristen termasuk pendidikan teologi harus berbenah dalam hal kompetensi global. Pendidikan Kristen secara umum dan juga pendidikan teologi diperhadapkan dengan pilihan untuk tetap eksis atau bahkan menjadi “bulan-bulanan” dari persaingan yang ketat.



Ketika dunia kita makin global tidak ada alasan bagi pendidikan kita untuk tidak mereformasidiri, dan up grade diri secara sistematis dan terencana. Ketiga,upayakan kualitas yang secara terus menerus berkesinambungan. Pendidikan Kristen dan pendidikan teologi tidak boleh berhenti memikirkan langkah-langkah pembaharuan, termasuk juga langkah-langkah untuk menghasilkan kualifikasi yang excellent.



Kita bisa memilih apakah pendidikan kita menjadi penonton atau menjadi tuan di negeri sendiri. Hal yang paling mungkin adalah supaya tetap eksis, melakukan perbaikan di segala bidang, termasuk kurikulum, bahan ajar, tenaga pendidik dan kependidikan serta sarana dan prasarana pendidikan. Keempat, tetap kembangkan orisinilitas dan keunikan pendidikan dalam negeri. Ciri ini mampu membuat pendidikan Kristen dan juga pendidikan teologi tetap bertahan.



Masyarakat Ekonomi Asean sudah di depan mata, maka untuk antisipasi hal-hal yang bersinggungan dengan masa itu, upaya pendidikan Kristen dan pendidikan teologi, melalui gereja, praktisi pendidikan dan juga para penyelenggara pendidikan bersatu padu dalam menghadapi era tersebut. Kreativitas dan inovasi dibutuhkan untuk tetap dapat eksis dan tidak terpengaruh dengan kondisi yang ada.[Pdt. Dr. Purim Marbun-Ketua Departemen Pendidikan dan Latihan].