Berita Bethel
Penulis: Pram (19/08/2015)

Konser Reli Doa HUT RI ke-70


Gereja Bethel Indonesia melalui Biro Doa Badan Pekerja Harian (BPH) menggelar Doa bersama dengan tema "Doa Kesatuan" sebagai ucapan syukur merayakan HUT Kemerdekaan Indonesia ke-70, dilakukan dengan cara yang berbeda dari pada.



Pasalnya Biro Doa mengadakan Konser Reli Doa Syukur 70 Tahun Kemerdekaan Indonesia digelar Menara Kesatuan Doa BPH GBI (Senen, 17/8) mulai jam 12.00-24.00 WIB di Graha Bethel, Jakarta.



Para pembicara terdiri dari Ketua Umum BPH GBI, Pdt. Himawan Leenardo (Sekretaris I BPH GBI), Pdt. Barkia Lampa, Pdt. Danny S, Pdt. Dora Kansil (Ka.Biro Doa BPH GBI). Latar belakang diadakannya acara ini menurut keterangan Pdt. Dora Kansil (Ka. Biro Doa BPH GBI) ialah setelah berdoa dan meminta tuntunan Tuhan, maka dirinya mendapatkan visi tahun 2015 yaitu Kairos Tuhan dan Never Give Up (Tidak Pernah Menyerah). Hal ini berlaku dalam kondisi ada tantangan dan lain-lain.



Pdt. Dora Kansil menambahkan bahwa dirinya mendapatkan tuntunan Tuhan untuk membaca nats Yeremia 29:10-15.Meresponi Kairos Tuhan, Gembala GBI Mount Hermon Jakarta ini segera mengambil langkah untuk mengumpulkan banyak orang percaya untuk datang ke mezbah doa. Sebab Tuhan akan menepati janji-Nya dan memulihkan umat-Nya.



Sebelum HUT RI ke-70, ia mendapatkan tuntunan Tuhan untuk menggerakkan semua orang untuk berdoa. Karena, tanggal 17 Agustus 2015 adalah waktu yang tepat dengan memilih lokasi di Graha Bethel, Jakarta, atas dasar lokasi ini berada di Jakarta Pusat.



Kegerakan doa ini, menurutnya sejalan dengan visi Ketua Umum BPH GBI (Pdt. Dr. Japarlin Marbun) yaitu Menara Doa dan Doa Bersama Bagi Kesatuan. Ia langsung mengontak Ketum BPH, Sekretaris I BPH, perihal rencana menggelar doa pada tanggal 17 Agustus 2015.



Dalam sambutan singkatnya, Pdt. Dr. Japarlin Marbun mengutip nats Yeremia 29:7 (TB) Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.



Ia mengatakan Indonesia adalah rumah kita, bukan tempat pembuangan. Karenanya usahakanlah kesejahteraan kota dan negara adalah perintah dan kehendak Tuhan. Orang Kristen harus menjadi warga negara yang baik yaitu warga mengikuti aturan yang berlaku. Selain itu, orang Kristen harus menjadi orang-orang yang terbaik.



"Tuhan juga mau kita menjadi orang teladan di tengah-tengah masyarakat. Jika terhadap para pemimpin kita saja tidak taat, bagaimana dengan Tuhan yang tidak kelihatan," ujarnya dengan nada bertanya. Menurut penafsirannya, kesejahteraan kota terdiri dari dua unsur yaitu pelaku Firman Tuhan dan menjadi teladan.



Selain itu, orang percaya menjadi teladan sehingga banyak orang akan mengenal Kristus. Ia mengingatkan, jika orang Kristen kehilangan teladan maka hal itu akan memicu kemerosotan Kekristenan. Pdt. Japarlin mengamati daerah-daerah tertentu di kawasan "kantong-kantong" Kristen kehilangan teladannya, sehingga angka kriminalitas tinggi. Tuhan ingin orang percaya berdoa, sebab melalui doa keadaan dan situasi akan bisa berubah.





Ia mengakui, keadaan saat ini memang sulit tetapi jika orang percaya berdiri dan berdoa (syafaat) membela bangsa maka perubahan akan terjadi. Artinya, kondisi demikian harus ada intervensi Allah dengan cara berdoa. Di akhir sambutannya, Ketua Umum BPH meminta warga GBI meningkatkan doa dengan tidak berkesudahan.



Mengenai isu kedatangan Tuhan, Ketum BPH mengatakan ada tertulis Tuhan Yesus tidak tahu kapan waktunya. Konteks ini Yesus berbicara saat Ia ada di bumi ini. Dalam konteks perubahan bangsa, salah satu langkah GBI ialah mengkaderkan generasi menjadi pemimpin yang benar-benar memiliki integritas.



Pdt. Himawan Leenardo dalam paparan singkatnya mengutip nats 1 Samuel 30:1-6 "....... Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya". Tuhan sanggup membuat pembalikkan dalam hidup Daud dari kondisi tertekan menjadi pemenang. Demikian pula kita percaya Tuhan sanggup membuat pembalikan atas Indonesia.



3 hal yang dilakukan Daud perlu kita contoh :1. Indonesia perlu hadirat Tuhan (1 Samuel 30:6).Daud dalam kondisi tertekan tetap menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan. Kita, bangsa Indonesia harus datang kepada Tuhan, kita butuh Tuhan melawat Indonesia.



2. Indonesia perlu Firman Tuhan (1 Samuel 30:8 " Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: "Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Dan Ia berfirman kepadanya: "Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan"). Sebelum Daud bertindak mengejar musuh, dia tanya kepada Tuhan dan Tuhan berfirman. Kita perlu berdoa dan peka mendengar suara Tuhan agar tidak salah melangkah.



3. Indonesia perlu tindakan kasih (1 Sam 30:11 "Kemudian mereka menemui seorang Mesir di padang lalu membawanya kepada Daud. Mereka memberi dia roti, lalu makanlah ia, kemudian mereka memberi dia minum air").



Daud tetap berbuat kasih meskipun dalam kondisi tertekan. Kita biasanya sulit berbuat kasih ketika kondisi kita tidak baik. Tuhan akan membuat pembalikkan ketika kita perhatikan mereka yang kekurangan (Yesaya 58:10 " apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari").Tuhan sanggup melakukan pembalikkan, Indonesia akan dipulihkan. [Raymond Nelson-Biro Media BPH GBI/Editor : Prambudi]