"Kolong Langit" Aplikasikan Kasih Buat Sesama
Terdapat tujuh bidang di masyarakat yang dikenal dengan istilah kerohanian sebagai "Tujuh Gunung" yang memerlukan partisipasi pro-aktif orang percaya (orang muda) yakni bisnis, pemerintahan, media, seni dan hiburan, pendidikan, keluarga dan agama.
Seiring berjalannya waktu, seringkali diskusi, seminar, lokakarya tentang bidang-bidang diatas hanya dipandang sebatas wacana saja bagi pihak tertentu. Namun, film dengan tema "Kolong Langit" setidaknya menjawab aplikasi dari pilar seni dan hiburan (bidang ke-empat).
Cukup sudah masyarakat dan orang percaya mendapat "sajian" tayangan berupa kekerasan, kebencian, eksplorasi seks, dendam bahkan sampai pembunuhan, sadistis, okultiesme (setan-setan, horor, kuasa gelap) dan lain-lain. Cepat atau lambat, kondisi itu akan mempengaruhi pola pikir dan pola tindak generasi muda dan masyarakat luas.
Redaksi menerima info peliputan dan no-bar (nonton bareng) penayangan film "Kolong Langit" dari Pdt. Soehandoko Wirhaspati di XXI GM Plasa, Jakarta (Kamis,17/12). Film berdurasi 1 jam 40 menit ini mengisahkan kehidupan yang beraneka ragam seperti hamba Tuhan (Gembala Jemaat) yang pinter kotbah dan konselor handal namun rumah-tangganya ribut terus.
Selanjutnya, seorang pengusaha yang kaya dan sukses namun gagal di dalam membangun hubungan dengan keluarganya. Seorang gadis yang batal tunangan dan nyaris bunuh diri, namun bisa dicegah. Seorang office boy yang hidupnya kekurangan, namun tetap hidup dengan jujur, tidak tergoda mengambil milik orang lain. Sementara itu, sang istri lebih banyak mengomel karena kondisi ekonomi yang sulit.
Ada pula sosok seorang pemuda (nama pemeran : Sony) yang menjadi penyadar serta penolong bagi keruwetan-keruwetan itu. Dipenghujung cerita, semua pihak yang bermasalah mengalami kesadaran dan pemulihan (Happy Ending). Kasih, kejujuran, kepedulian terhadap kesusahan orang lain, sifat menolong orang lain, sangat menonjol ditampilkan oleh Sony.
Dalam keterangan singkatnya Pohan Liem selaku sutradara dan jemaat di GBI Gajah Mada, Jakarta-Pusat didampingi Rudy Yosafat menjelaskan film ini mau memberikan pesan moral yang positif bagi masyarakat, penerapan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Serta bisa memberikan dampak yang positif kepada warga masyarakat, menjunjung kasih, kejujuran dan integritas. Mereka optimis film ini tidak dibatasi oleh ruang waktu dalam pemasaraan dan periode tayangnya. Sutradara dan penulis naskah yakni Ferdiyanto.
Rilis Film "Kolong Langit" . Film Kolong Langit pada awalnya merupakan kerinduan dari anak-anak Tuhan yang bernaung di GMCC - kota, untuk membuat sebuah karya yang bukan saja bisa memberkati kalangan gereja, namun juga kalangan di luar gereja. Film ini disutradarai oleh Ferdianto dan Pohan, yang merupakan murid dari Pusdiklat Film Rumah Terindah, milik Rudi Soedjarwo (salah satu sutradara Nasional yang memulai karyanya dengan film “Ada Apa Dengan Cinta” pada tahun 2002.
Kolong Langit bercerita tentang 3 keluarga dan 1 orang anak muda, dengan berbagai dinamika kehidupan mereka masing-masing. Film ini sarat akan pesan-pesan moral dan solusi bagi banyak permasalahan yang seringkali timbul dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi dampak bagi lingkungan sekitar tanpa memperdulikan latar belakang suku dan agama adalah pesan utama yang disampaikan melalui film ini.
Pembuatan film ini telah dimulai sejak awal 2015 yaitu pada bulan Maret. Ketika itu dibuka casting untuk seluruh jemaat GMCC. Tanpa diduga, animo jemaat terhadap seni peran begitu besar. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang ikut serta dalam casting tersebut.
Tidak kurang dari 200 orang beradu acting untuk memperebutkan peran-peran yang tersedia. Para pemain dalam film ini, diambil dari berbagai sumber diantaranya; jemaat dan pengerja GMCC, alumnus Pusdiklat Film Rumah Terindah dan beberapa aktor nasional yang sudah tidak asing lagi seperti Revaldo ( “Ada Apa Dengan Cinta The Series” ), Verdi Solaiman ( putra dari aktor senior Hengky Solaiman ) yang telah membintangi banyak film layar lebar Indonesia.
Hal yang cukup unik yang melatar belakangi pembuatan film ini adalah kemajemukan dari kru dan pemain yang ada. Tidak hanya mereka yang beragama Kristen saja, namun banyak dari antara pemain dan kru yang justru bukan dari kalangan Kristen. Bukan hanya latar belakang agama saja yang berbeda, namun sosial dan etnik juga beragam. Mulai dari etnis keturunan Tionghoa, etnis Sumatera, Jawa bahkan keturunan Vietnam juga terlibat dalam film ini.
Segenap kru dan pemain bekerja dengan penuh dedikasi dan semangat yang tinggi. Pengambilan gambar dilakukan selama 14 hari, nyaris tanpa halangan yang berarti. Film Kolong Langit diharapkan dapat menjadi berkat bagi semua orang yang menyaksikannya.
Sampai saat ini, film KL (Kolong Langit) sudah diputar di empat lokasi yaitu XXI Plaza Indonesia (29/10), XXI Gajah Mada Plaza (2x tayang, 12/11 dan 17/12), XXI Pluit Junction (16/12) dengan total penonton hampir 3000 orang. Info lebih lanjut, silahkan kontak : pohanliem@gmail.com. [Kategori : Non-Advertorial/Bukan Iklan].
Keterangan Foto-searah jarum jam, mulai kanan bawah : Pohan Liem dan Rudy Josafat, suasana pengambilan gambar (syuting).